A gift named "Shuttlecock"
Mungkin sebagian besar orang akan bertanya, apa itu shuttlecock? Is that a thing that we use to play badminton? Haha, untuk arti secara harfiah, I said “Yup”. Tapi, Shuttlecock yang ingin kuceritakan di sini bukan itu. Ini tentang sebuah cerita anak-anak manusia, ini cerita tentang kenangan, cerita tentang persahabatan. Ini cerita tentang kalian, sahabat-sahabatku (sembari memikirkan wajah kalian dalam imaji), my dearests Fiya, Arin, Dimas dan Alfa.
Ada satu waktu di mana aku merasa nothing special saat kita bersama-sama, namun ada satu waktu di mana aku merasa kebersamaan kita begitu istimewa (Termasuk saat ini, saat aku sedang menulis cerita ini :))
***
2 Juni 2012…
Ingat kita ada di mana saat itu? Ya, kita ada di Maleber, vila milik Pak Dedy Panigoro. Bersama dengan panitia FIM 12 melakukan evaluasi bersama sekaligus mengadakan surprise untuk milad Bunda kita, Bunda Tatty Elmir. Aku masih ingat saat itu Alfa dan Dimas tidak ikut bersama rombongan menuju Maleber, mereka menyusul malam hari karena masih ada yang harus diselesaikan di Bogor. Skenario menyiapkan hadiah untuk Bunda pun disiapkan oleh mereka berdua setelah sebelumnya berdiskusi denganku hadiah apa yang akan diberikan. Lalu tiba-tiba aku teringat dengan milad Arin, selang satu hari setelah Bunda, maka aku meminta mereka membelikan hadiah sekaligus untuk Arin.
***
3 Juni 2012…
Guess what? Arin terharu dan menangis di pagi hari saat kita memberikan hadiah sebuket bunga untuknya di lapangan belakang villa (sebenarnya sih ada problem dia, tapi anggap saja dia terharu dengan kejutan hadiah kita :p). Dan di momen miladnya itulah pertama kalinya kita “Shuttlecock” yang saat itu masih dikenal dengan “Geje Sholih-sholihah” (Dijeee,, itu nama bener2 Gejee :D) berfoto bersama. Ini diaaa…
Selepas pembubaran panitia FIM 12 di Maleber, obrolan kita pun semakin tak terbendung di dunia maya. Semua hal, mulai dari yang remeh temeh (bahkan menjadi main people di "Jaringan Mahasiswa Geje se-Indonesia" bentukan Umar) hingga hal-hal serius tak lepas dari perbincangan kita. Sampai akhirnya kita mulai menginisiasi untuk kumpul bersama dengan anak-anak FIM Bogor, untuk menindaklanjuti wacana project social yang akan kita lakukan. Karena kita tau, kita bosan dengan wacana tanpa aksi konkrit. Karena kita tau, kita muak dengan retorika tanpa kerja nyata. Maka kita berkumpul, menyebarkan energi positif kepada yang lain. Kita tularkan semangat berbagi dan berkontribusi mulai dari hal kecil.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, wacana kita pun berbuah hasil. Anak-anak FIM Hore! Bogor sepakat untuk mengadakan Rumah Belajar di sekitar kampus. Dan rumah belajar inilah yang hingga saat ini kuhuni bersama Arin dan Nadita. Rumah yang memberikan kenangan baru, cerita-cerita baru dan tentunya keluarga baru, kalian, sahabat-sahabatku, para kunang-kunang yang kusayangi.
***
Mungkin banyak yang bertanya, darimana asal muasal nama “shuttlecock”. May I tell readers, guys?
7 Agustus 2012..
Milad Fiya. Beberapa hari sebelumnya aku, Arin, Dimas dan Alfa memikirkan hadiah apa yang sebaiknya diberikan kepada Fiya. Sesuatu yang bisa dikenang, istimewa! Karena bingung, akhirnya perbincangan seputar hadiah pun hilang hingga sehari sebelumnya di malam hari kita memutuskan untuk memberikan foto kenangan berisi wajah kita berlima. Misi pun mulai dilaksanakan di hari H. Siang harinya Alfa dan Arin sudah sibuk mendesain tata letak wajah kita. Lalu sore hari kita mulai menelusuri jalan-jalan di Bara dan Radar untuk mendapatkan bingkai yang eye catching di tengah derasnya hujan. Alhamdulillah, pilihan jatuh pada bingkai putih yang terlihat sederhana nan menarik hati. 2 jam kemudian kita berada di bumbu wangi sembari menunggu Fiya memberikannya “kejutan”.
Singkat cerita, hadiah pun diberikan. Fiya terharu menerimanya hingga airmata pun menetes dari kedua matanya (So sweet banget sih) saat kita merekam testimoni masing-masing lewat camdig dimas. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba ada keinginan untuk mengubah nama geng yang ada saat itu. Setelah berpikir keras (sebenarnya sambil tertawa bercanda sih :D), akhirnya tercetuslah nama “shuttlecock”. Nama ini terpilih dengan beragam alasan, tapi utamanya karena shuttlecock is about badminton, dan olahraga/permainan ini tekniknya sedehana serta bisa dimainkan oleh semua kalangan, bahkan saat raket tidak ada, apapun bisa dijadikan sebagai alat pemukul shuttlecock, buku misalnya (ini yang sering aku lakukan waktu kecil dulu). Intinya, kita menyukai sesuatu yang sederhana dan unik. Shuttlecock juga mengajarkan kita untuk down to earth. Ya, satu lagi, bukankah saat bermain bulutangkis shuttlecock selalu dimainkan dengan beragam teknik, mulai dari pukul biasa hingga smash dan semacamnya. Begitu pula hidup kita, ada masanya kita harus memacu kuat-kuat semangat kita agar target kita tercapai, agar mimpi yang kita idam-idamkan tidak hanya melayang di angan tapi menjadi sebuah kenyataan (ini gue bisa banget sih nyari filosofinya :D). Ohya, ada tulisan lain mengenai asal muasal nama itu dari blog Fiya yang bisa readers baca di from geje to shuttlecock
***
Dear, Shuttlers..
Terimakasih kalian sudah mau menjadi sahabat baikku.
Terimakasih atas kado milad yang kalian berikan (meski terlambat beberapa bulan :p), setidaknya kado itu bisa menutupi kesedihanku karena sempat kecewa ada yang tidak mengucapkan selamat milad untukku (Ah, apalah artinya ucapan, yang penting doa tak pernah terlupa #ceileee)
Maaf atas semua kekhilafan yang kerapkali terjadi dalam lika-liku persahabatan kita.
Senang, sedih, ceria, kecewa, marah, kesal, galau, canda, tawa, cemas, tangis, bahagia, semuanya telah kita rasakan selama satu tahun belakangan ini.
Tak terasa satu orang di antara kita telah memulai episode baru dalam hidupnya. Tak lama lagi satu per satu dari kita pun akan memulainya pula. Tapi, aku harap episode berjudul “shuttlecock” ini akan selalu mengiringi ceita di episode baru kalian.
So, siapkan tabungan! Let’s meet up on our expedition dream. “Shuttlers awesome backpack!”
Ada satu waktu di mana aku merasa nothing special saat kita bersama-sama, namun ada satu waktu di mana aku merasa kebersamaan kita begitu istimewa (Termasuk saat ini, saat aku sedang menulis cerita ini :))
***
2 Juni 2012…
Ingat kita ada di mana saat itu? Ya, kita ada di Maleber, vila milik Pak Dedy Panigoro. Bersama dengan panitia FIM 12 melakukan evaluasi bersama sekaligus mengadakan surprise untuk milad Bunda kita, Bunda Tatty Elmir. Aku masih ingat saat itu Alfa dan Dimas tidak ikut bersama rombongan menuju Maleber, mereka menyusul malam hari karena masih ada yang harus diselesaikan di Bogor. Skenario menyiapkan hadiah untuk Bunda pun disiapkan oleh mereka berdua setelah sebelumnya berdiskusi denganku hadiah apa yang akan diberikan. Lalu tiba-tiba aku teringat dengan milad Arin, selang satu hari setelah Bunda, maka aku meminta mereka membelikan hadiah sekaligus untuk Arin.
***
3 Juni 2012…
Guess what? Arin terharu dan menangis di pagi hari saat kita memberikan hadiah sebuket bunga untuknya di lapangan belakang villa (sebenarnya sih ada problem dia, tapi anggap saja dia terharu dengan kejutan hadiah kita :p). Dan di momen miladnya itulah pertama kalinya kita “Shuttlecock” yang saat itu masih dikenal dengan “Geje Sholih-sholihah” (Dijeee,, itu nama bener2 Gejee :D) berfoto bersama. Ini diaaa…
Selepas pembubaran panitia FIM 12 di Maleber, obrolan kita pun semakin tak terbendung di dunia maya. Semua hal, mulai dari yang remeh temeh (bahkan menjadi main people di "Jaringan Mahasiswa Geje se-Indonesia" bentukan Umar) hingga hal-hal serius tak lepas dari perbincangan kita. Sampai akhirnya kita mulai menginisiasi untuk kumpul bersama dengan anak-anak FIM Bogor, untuk menindaklanjuti wacana project social yang akan kita lakukan. Karena kita tau, kita bosan dengan wacana tanpa aksi konkrit. Karena kita tau, kita muak dengan retorika tanpa kerja nyata. Maka kita berkumpul, menyebarkan energi positif kepada yang lain. Kita tularkan semangat berbagi dan berkontribusi mulai dari hal kecil.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, wacana kita pun berbuah hasil. Anak-anak FIM Hore! Bogor sepakat untuk mengadakan Rumah Belajar di sekitar kampus. Dan rumah belajar inilah yang hingga saat ini kuhuni bersama Arin dan Nadita. Rumah yang memberikan kenangan baru, cerita-cerita baru dan tentunya keluarga baru, kalian, sahabat-sahabatku, para kunang-kunang yang kusayangi.
***
Mungkin banyak yang bertanya, darimana asal muasal nama “shuttlecock”. May I tell readers, guys?
7 Agustus 2012..
Milad Fiya. Beberapa hari sebelumnya aku, Arin, Dimas dan Alfa memikirkan hadiah apa yang sebaiknya diberikan kepada Fiya. Sesuatu yang bisa dikenang, istimewa! Karena bingung, akhirnya perbincangan seputar hadiah pun hilang hingga sehari sebelumnya di malam hari kita memutuskan untuk memberikan foto kenangan berisi wajah kita berlima. Misi pun mulai dilaksanakan di hari H. Siang harinya Alfa dan Arin sudah sibuk mendesain tata letak wajah kita. Lalu sore hari kita mulai menelusuri jalan-jalan di Bara dan Radar untuk mendapatkan bingkai yang eye catching di tengah derasnya hujan. Alhamdulillah, pilihan jatuh pada bingkai putih yang terlihat sederhana nan menarik hati. 2 jam kemudian kita berada di bumbu wangi sembari menunggu Fiya memberikannya “kejutan”.
Singkat cerita, hadiah pun diberikan. Fiya terharu menerimanya hingga airmata pun menetes dari kedua matanya (So sweet banget sih) saat kita merekam testimoni masing-masing lewat camdig dimas. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba ada keinginan untuk mengubah nama geng yang ada saat itu. Setelah berpikir keras (sebenarnya sambil tertawa bercanda sih :D), akhirnya tercetuslah nama “shuttlecock”. Nama ini terpilih dengan beragam alasan, tapi utamanya karena shuttlecock is about badminton, dan olahraga/permainan ini tekniknya sedehana serta bisa dimainkan oleh semua kalangan, bahkan saat raket tidak ada, apapun bisa dijadikan sebagai alat pemukul shuttlecock, buku misalnya (ini yang sering aku lakukan waktu kecil dulu). Intinya, kita menyukai sesuatu yang sederhana dan unik. Shuttlecock juga mengajarkan kita untuk down to earth. Ya, satu lagi, bukankah saat bermain bulutangkis shuttlecock selalu dimainkan dengan beragam teknik, mulai dari pukul biasa hingga smash dan semacamnya. Begitu pula hidup kita, ada masanya kita harus memacu kuat-kuat semangat kita agar target kita tercapai, agar mimpi yang kita idam-idamkan tidak hanya melayang di angan tapi menjadi sebuah kenyataan (ini gue bisa banget sih nyari filosofinya :D). Ohya, ada tulisan lain mengenai asal muasal nama itu dari blog Fiya yang bisa readers baca di from geje to shuttlecock
***
Dear, Shuttlers..
Terimakasih kalian sudah mau menjadi sahabat baikku.
Terimakasih atas kado milad yang kalian berikan (meski terlambat beberapa bulan :p), setidaknya kado itu bisa menutupi kesedihanku karena sempat kecewa ada yang tidak mengucapkan selamat milad untukku (Ah, apalah artinya ucapan, yang penting doa tak pernah terlupa #ceileee)
Maaf atas semua kekhilafan yang kerapkali terjadi dalam lika-liku persahabatan kita.
Senang, sedih, ceria, kecewa, marah, kesal, galau, canda, tawa, cemas, tangis, bahagia, semuanya telah kita rasakan selama satu tahun belakangan ini.
Tak terasa satu orang di antara kita telah memulai episode baru dalam hidupnya. Tak lama lagi satu per satu dari kita pun akan memulainya pula. Tapi, aku harap episode berjudul “shuttlecock” ini akan selalu mengiringi ceita di episode baru kalian.
So, siapkan tabungan! Let’s meet up on our expedition dream. “Shuttlers awesome backpack!”
Komentar
Posting Komentar