Badut Jalanan

Apa yang kamu pikirkan ketika melewati badut di perempatan lampu merah di bawah terik matahari? I guess, lebih banyak orang memilih untuk melewatinya begitu saja. Well, bagi saya, badut itu lucu dan menggemaskan, asal wajahnya tidak seperti badut McDonald's, saya memiliki trauma masa kecil dengan badut itu. 

Kemarin, ketika melewati perempatan lampu merah ke arah parung dan yasmin bogor, saya melewati badut berwajah mickey mouse. Biasanya, saya hanya melewatinya dengan melemparkan senyuman saya atau dengan tambahan sedikit tawa melihat gerakannya menari. Tapi siang itu, kelucuan badut mickey berbuah iba pada saya. Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran saya bagaimana sulitnya Ia mencari nafkah di siang ini, dengan cuaca yang panas dan kostum yang membuat pengap, sungguh iba melihatnya hanya berkeliling di sekitar perempatan. Ah, apa salahnya memberikan sebagian rejeki pada orang2 seperti ini? Lihat, berapa banyak anak kecil yang menangis di jalan lalu terdiam seketika lalu tertawa melihat badut itu. Apa salahnya berbagi kepada mereka yang membawa kesenangan pada anak-anak?


Entahlah, belakangan ini saya sering sekali berpikir "bagaimana rasanya jika saya menjadi dia" di berbagai kesempatan dalam perjalanan saya. Entah di angkot, bus, kereta,ataupun motor. Setiap kali saya melihat seseorang yang berjualan di jalan, tiba-tiba saja tanpa sadar saya merasakan lelahnya berjalan, letihnya menempuh jarak berkilo-kilo hanya untuk menjual balon, perabotan, sayur, makanan dan sebagainya.

Then, hanya merasakan? Well, itu tidak akan membantu sedikit pun. Toh pekerjaan itu adalah ikhtiar mereka menjemput rizqi Allah. Kalau saya mau membantu, maka saya harus menjadi lebih baik dari sekarang. Memanfaatkan apa yang sudah Allah beri agar kelak bisa menjadi seseorang yang punya pengaruh dalam bidang sosial. Agar efeknya tidak hanya untuk satu dua orang, tapi yang bisa mengcover hajat hidup orang banyak.

10.17am
Di perjalanan
Bogor-Depok

Komentar

Postingan populer dari blog ini

North Star Journey #1 : WELCOME

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Sepintas Gender, Menilik Patriarki