Lebaran Kali Ini

Rasanya baru kemarin mempersiapkan diri menyambut Ramadhan. Kini, Ramadhan udah say goodbye aja. Sedih? Ih, berasa pencitraan sih kalau bilang sedih doang tapi ternyata ga maksimal ibadahnya kemarin. Berasa pencitraan juga kalau bilang kehilangan tapi ternyata akhlak dan adabnya masih aja ga bener. Berasa pencitraan kalau bilang bakal rindu banget tapi ternyata hari ini sampai 11 bulan berikutnya masih weh sama kelakuannya seperti sebelum Ramadhan kemarin. Jleb ya? Santai, ini mah semacam selftalk aja. Objeknya saya sendiri.

=======================================================================

Ada yg berbeda dengan Ramadhan kali ini bagi saya. Dimulai dari puasa pertama  di tempat baru karena kebetulan saya menerima project dari Save The Children (SCi) untuk melakukan evaluasi project AusAID NGO Cooperation (ANCP) - Strengthening Education through Awareness and Reading Achievement (SETARA) yg mereka handle 3 tahun belakangan. Alhamdulillaah, cukup excited merasakan shaum pertama di Atambua, kota perbatasan Indonesia - Timor Leste sekaligus melakukan perjalanan yang seru di alam Belu, meskipun sebenarnya sedih karena lagi-lagi saya tidak bisa berbuka pertama bersama mama dan kakak di Kupang sejak 10 tahun belakangan ini (maqlum, sebelumnya anak rantau).
Setelah project SCi selama 15 hari di Belu selesai, saya pikir bisa menghabiskan Ramadhan bersama mama dan kakak, tapi ternyata project yg sama di Jakarta belum selesai, dan saya diminta untuk membantu project di sana. 2 hari melepas lelah di rumah, saya lalu terbang ke Jakarta. Dari sana, selanjutnya saya merencanakan pulang ke Makassar, karena rencana mama dan kakak memang mau lebaran di sana. Jadi, saya ke Makassar dari Jakarta, mama dan kakak dari Kupang.

Qadarullah, saat hari H, 4 jam sebelum mama dan kakak check in di bandara, mama terkena stroke pada saat subuh. Beliau dilarikan segera ke RSU WZ Yohannes. Ada pendarahan pada otaknya :(
Demi mendengar kabar tersebut, saya segera mengecek pesawat tercepat yang berangkat jam 10 pagi. Kebetulan saat kejadian, handphone saya sedang dicas, jadi saya baru tau sejam setelahnya dan saya belum selesai packing karena keberangkatan saya malam hari. Beberapa grup whatsapp saya tanyai soal pesawat tercepat ke Kupang, sayangnya yang paling cepat adalah pesawat pukul 15.30, itupun transit dulu ke Surabaya selama 3 jam. Akhirnya atas saran teman saya mencoba ke bandara langsung saja untuk mencari tiket go show. Tapi karena penerbangan ke Kupang terbatas, tetap saja pesawat yang tercepat sampai itu malam di atas jam 10. Saya pun pasrah sambil terus berdoa semoga kondisi mama bisa berangsur membaik dengan penanganan medis di RSU.

Setelah sampai di Kupang, saya bergegas ke RSU dan menjumpai mama di sana. Rasanya campur aduk melihat kondisi mama penuh selang infus. Perempuan tangguh panutan saya terbaring lemah. I just couldn’t say anything. Bagian tubuh sebelah kirinya sulit beliau gerakkan L. 10 hari berikutnya selama di RS adalah perjuangan Ramadhan saya, mama dan kakak. Bagi mama, berjuang memulihkan kondisinya. Bagi saya dan kakak, berjuang melapangkan hati seluas-luasnya, mengendalikan kesabaran sekuat-kuatnya, karena ternyata tidak mudah merawat orangtua yang terkena stroke. Mungkin karena terbiasa beraktivitas, mama kaget dengan kondisinya yang setiap waktu di tempat tidur. Ada saja hal yang membuat beliau tidak nyaman. Mulai dari selang infus, makanan, kateter, badan yang susah digerakkan, lampu kamar yang tidak bisa dimatikan karena ada pasien lain, dan semacamnya. Apresiasi saya bagi mereka yang dengan sabar merawat orangtua/keluarga yang terkena stroke apalagi dalam waktu yang lama.

Jika di tahun-tahun sebelumnya saya bisa menyempatkan diri untuk melakukan I’tikaf di masjid, kali ini saya harus berpasrah melakukan “I’tikaf” di RS. Hehe. #kidding. Everything was different. Mungkin Allah mau ngetes kali ya, tentang apa yang selama ini saya bilang, bahwa saya mau jaga mama, saya mau rawat mama dulu sampai nanti menikah, kalau bisa malah bawa serta mama juga kalau nanti udah nikah (udah nyambung ke situ aja, Chi? Hihi). Allah mau nguji, selaras atau ga perkataan dengan perbuatan. Kalau menjaga mama, merawat mama saat beliau sehat mah semua anak juga bisa kalii. Tapi saat sakit? Well, saya baru ngerasain memang ga mudah. Orangtua yang terkena stroke itu udah kayak bayi aja, tapi bayi gede. Semuanya harus dibantuin. Mulai dari makan, minum, pakai baju, bersihin badan, pas buang air besar-kecil sampai duduk pun harus dibantu. Kakak sering ngingetin kalau saya mulai ngeluh (dasar tabiat manusia), “Chi, bersyukur Allah kasi ujian ini sama kita. Kita jadi tau gimana susahnya mama dulu ngerawat kita saat lahir dan ga bisa ngapa-ngapain. Ga ada tuh ngeluhnya saat lelah ngasi makan kita. Ga ada tuh jijiknya waktu bersihin kotoran kita. Dan itu selama bertahun-tahun. Lah kita? Belum ada sebulan juga.” Allah, ini belum apa-apa dibanding pengorbanannya. BELUM ADA APA-APANYA!!! CATAT! UNDERLINE! BOLD! ITALIC!

Cepat sembuh ya, ma. Lebaran kemarin aneh banget karena cuma sama kak Usni. Ga ada buras, ga ada opor, ga ada coto. Masak seadanya karena mama baru pulang dari RS saat malam takbiran. Sedih kalau ingat rencana awal, kita mau lebaran rame-rame di Bone bersama keluarga besar. Tapi, hikmah dari semua ini ialah, kami jadi sering dzikrul maut. Di RS tiap hari ada saja tangisan yang kami dengar dari ruangan sebelah atau bahkan kamar sebelah. Iya, jarak malaikat Izrail dengan kami begitu dekat. Bersyukur juga, meski sempat adu mulut karena kondisi mama yang belum begitu stabil tapi sudah disuruh pulang oleh dokter saraf yang menangani mama, kami jadi bisa menikmati momen lebaran di rumah.  

Allah, ampuni hamba yang lemah ini yah. Yang masih sering ngeluh, masih sering mencak-mencak sendiri, masih sering ga peduli, masih sering lalai dan setumpuk kesalahan yang mungkin memenuhi langit dan bumi.
Mama, maafin Ichi ya. Atas dosa karena ga bersegera kalau mama minta dibuatin air panas. Atas dosa karena ga bersegera mijit mama karena masih balas pesan-pesan di whatsapp. Atas dosa karena kadang telat nyiapin makanan. Atas dosa keceplosan berbicara keras karena mama ngerengek  minta roti sama teh malam-malam padahal udah ga boleh lagi. Atas dosa karena lalai ga ngontrol makanan mama selama kerja di Jakarta kemarin, yang akhirnya bikin mama masuk RS (Mama ternyata makan cumi beberapa hari hingga malam sebelum kena stroke, padahal punya riwayat kolesterol tinggi). Dan dosa-dosa lainnya yang sadar maupun ga sadar diperbuat.

Mohon doanya yaa, bagi konkawan yang sudah berkunjung dan membaca tulisan (curhat) ini. Entah karena kepo sama judul tulisan, judul blog atau karena kepo sama yang mpunya blog (pede amet! #plak!!). Doakan mama saya agar segera sembuh dan sehat segar bugar, serta sakit yang dialami saat ini menjadi penggugur dosa beliau. Saat ini mama sudah rawat jalan, minggu depan kontrol ke RS (Dan mudah-mudahan saya ga ribut lagi sama dokternya gara-gara etika komunikasinya yang ga baik). Alhamdulillah, sudah lebih baik kondisinya dibandingkan berada di RS. Oya, kalau ada yang punya tips-tips merawat orang stroke dan bagaimana penyembuhannya, boleh ya dishare ke saya. (Googling juga sih, tapi mana tau ada resep mujarab yang ga kejamah sama mbah gugel? :D)

Selamat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih hebat setelah tempaan di bulan Ramadhan! :D


Terima kasih
Ichi
*Si bungsu yang akhirnya nulis ceracau-nya lagi
01072017

11.19 PM



Gambar terkait

Komentar

  1. Semoga keadaan ibunya cepat membaik. Jadi sadar buat bakal lakuin apa yang mama minta, mumpung mama masih sehat. �� ya Allah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

North Star Journey #1 : WELCOME

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Sepintas Gender, Menilik Patriarki