Not 5 cm, but 3428 mdpl (Mt. Slamet expedition)


            Hei, this is not about 5 cm in front of your face or in front of your head! But this is about 3428 mdpl high. Perjalanan panjang, melelahkan dan luar biasa bahagia untuk mencapai puncak!
            Agenda ini bermula dari ajakan temanku, sebut saja namanya Imam (emang Imam :D). Dia mengajak aku untuk mendaki gunung Slamet, setelah sebelumnya dia juga berhasil membawaku mendaki gunung Gede. Awalnya aku masih bertanya-tanya, hah? Slamet? Dimana tuh? Maklum, aku belum terlalu tau banyak nama-nama gunung di Indonesia. Dan ternyata, selidik punya selidik, gunung Slamet ini adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan nomor 2 setelah gunung Semeru. Berbekal kepercayaan penuh padanya, aku pun memberanikan diri menerima tawarannya kembali. Believe me or not, banyak banget yang mikir kalo gue naik gunung terinspirasi dari film 5cm. I said, no! Jangankan filmnya, bahkan bukunya pun belum pernah aku lihat :D
            Pada mulanya, aku mengajak sahabat-sahabat dari FIM (Forum Indonesia Muda), jumlahnya hampir 10. Namun, menjelang hari H, satu persatu membatalkan keikutsertaannya dan akhirnya bersisa 2 orang pria saja. Mereka dari kampus UGM ditambah satu teman mereka. Dari Imam juga begitu. Dan akhirnya, setelah tambah-kurang-tambah-kurang peserta, fixlah 15 orang yang akan mendaki gunung Slamet. Siapakah mereka? Ada Imam, Ichi, Latif, Tia, Mba’ Sur, Muaz, Widya, Leni, Acoy, K Ridwan, Hanif, K arif, K Ghofin, K Libon, dan K Haidar. In the next paragraph, I’ll tell you about them.

And the story goes…

25 Desember 2013

                 Di BNI, sudah berkumpul 4 ladies yang tangguh. Aku yang baru saja sampai langsung berkenalan dengan mereka. Sebenarnya kami sudah berkenalan sebelumnya saat berkumpul di GKA, 2 atau 3 hari sebelum hari H. Sayangnya, kesan pertama yang aku berikan pada mereka itu “ga banget”. Why? Haha (ketawa dulu) masa baru datang langsung kepeleset jatuh dari sepeda? Haha (ketawa lagi). Dan aku dengan santai memperbaiki posisi duduk (untung pendaratannya sempurna) dan bilang “tenang, tenang, ga sakit” lalu mendengarkan arahan imam dengan wajah innocent.
              Back to the topic, akhirnya kami pun menunggu Imam hingga 1 jam. Beuh, tau ga usah buru-buru gitu, gue makan dulu telur rebus yang udah gue masak tadi dah. Finally, Imam pun datang bersama Muaz dan Latif yang mengawali keberangkatan kami menuju pendakian gunung Slamet. Sepanjang perjalanan, kami tidak begitu banyak bercakap antara satu sama lain, lebih banyak tertidur dan menikmati pemandangan yang terbentang dari Bogor-Banjarnegara.
               Kami pun tiba di Banjarnegara di malam hari sekitar jam 9 atau 10. Kami dijemput oleh Gilang, tuan dari  rumah yang akan menjadi tempat peristirahatan kami. Oiya, awalnya Gilang juga akan ikut serta bersama rombongan kami, tapi berhubung ada adik-adik kelasnya yang akan survey untuk agenda himpro mereka, akhirnya ia pun membatalkan pendakian. *sedih*. Kemudian kami bertemu dengan rombongan Acoy dkk dari Temanggung dan K Ridwan dkk dari Jogja. Pas ber-15


Singgah dulu jeuh



"JAVAMAT" Alfamartnya Banjarnegara :P
26 Desember 2013

          Subuh. Hey! Wake up! Sepagi itu kami sibuk menyiapkan barang-barang dan bahan-bahan yang akan kami bawa naik gunung. Setelah perbekalan dirasa cukup, kami pun berangkat dengan sebuah pick up (katanya sih bahasa Garutnya “kolbak” #uyeah) yang sudah disewa oleh Gilang. Sepanjang perjalanan menuju kaki Gunung Slamet, kami banyak bercerocos (terutama anak cewek dan K Ridwan,haha). Sebenarnya, awalnya biasa saja, tapi entah kenapa setelah berfoto ria dengan aneka macam pose di kolbak, suasana menjadi cair. Ah, berfoto itu memang selalu membawa keakraban.
          Matahari pun berada pas di atas kepala kami saat kami tiba di basecamp pendakian Gunung Slamet. Di sana sudah ada beberapa rombongan pendaki yang akan melakukan ekspedisi mereka juga (halah, bahasa gueee >> ekspedisi). Tak perlu menunggu berjam-jam, karena kami memang bertekad untuk segera menuntaskan Slamet hari ini (meskipun fakta berbicara lain.haha). and, time to climb the mountain high is start!! #uyeah
        Aku lupa siapa yang jadi pemimpin di depan, yang jelas, aku tidak mau jadi orang yang paling belakang. So, dengan sekuat tenaga aku berusaha menyusul orang-orang di depanku. Pos satuuu, I’m comiiiing. Lagi semangat-semangatnya naik, tiba-tiba rombongan di belakang berteriak agar kami berhenti dan beristirahat dulu karena kaki K Ridwan terkilir. Sesaat aku sudah membayangkan bahwa perjalanan pasti akan semakin lama karena harus saling tunggu-menunggu, tapi ternyata aku terlalu lebay, nyatanya kami bisa sampai lebih cepat (meski ga bisa sampai pos 7 sesuai target kami).
          Tiba di pos 5, akhirnya kami memutuskan untuk membuat kemah di sini. Cukup banyak juga pendaki di sini. Berbekal dengan 3 tenda, matras, dan sleeping bag, kami pun tidur, mmm,, lebih tepatnya sekedar menutup mata dan beristirahat, karena aku tidak bisa tidur sama sekali (huaaaaa…dingiiiin). Oya, lupa, sebelumnya, aku sempat berpikir akan terserang “hipotermia” karena aku merasa sangat kedinginan, bingung mau diapain lagi badan ini supaya bisa hangat. Makanan yang aku masak aku tinggalkan, lalu masuk ke dalam tenda dan meringkuk sembari menggigil kencang. Alhamdulillah, berkat bantuan teman-teman wanita “laskar badak loncat-loncat” akhirnya aku bisa sedikit merasa hangat dan berbaring dengan tenang.


@ Gilang's house (makan duluuu)


perjalanan di atas kolbak


Di Basecamp pendakian


Start Climbing!

Di pos 1

Gue lupa, ini di pos berapa ya?

27 Desember 2012

          Sesuai pesan leader Imam, kami disuruh saling membangunkan jam 3 dini hari. alarm pun berbunyi. Waktu masih menunjukkan pukul 2.30 dini hari. tapi kami, para ladies sudah tak sanggup lagi untuk tidur dan berdiam lebih lama. Semakin lama udaranya semakin menusuk hingga ke tulang (lebaay). Kami pun mulai membangunkan para gentleman yang masih berada di peraduannya masing-masing.
Hey, you, one of the spectacular summit in Java! I’ll catch you!
          Perjalanan menuju puncak pun kembali berlangsung hingga akhirnya kami sampai di pos 7 dan aku menemukan anak Fahutan IPB yang juga sedang bersiap menuju puncak (Cecen, Gusti, dkk). Cecen kaget setelah aku membuka maskerku. Hehe, emang akhwat gak bisa naik gunung? (bangga gitu gue *padahal udah banyak juga kale..haha).
         Ok, No Pos anymore. Puncak, benar-benar puncak dari seluruh perjalanan kami. Puncak Slamet, itu target kami! Let’s go! Then, kami pun beranjak menuju Puncak setelah beristirahat selama setengah jam di pos 7. Perkiraan perjalanan menuju puncak kira-kira 2 jam.. Hmm,,bisa lah (atau hanya sangkaan gue doang). Semangat 2 jam ini terpatahkan oleh camdig-camdig dan DSLR milik Muaz. Gimana mau cepat? Baru jalan sebentar, ada pemandangan indah, “eh, fotoin gue dong, viewnya oke nih”, “eh, fotoin gue dong, gue keliatan keren nih kalo foto di sini” (menurut gue ya, lu pasti bakal selalu keliatan keren kalo lu emang beneran keren :P .. just kidding).
         Ujian terberat untukku pun muncul ketika hamparan pasir,bebatuan dan kerikil menghadang di depan. Gimana ga? Kemiringannya kayaknya di atas 60 derajat, boi. Awalnya, aku bisa mendaki seperti biasa saja. Tapi entah kenapa tiba-tiba “hyperphobia” (fobia ketinggian)ku muncul. Aku berusaha bersikap biasa saja. Oke, kuncinya jangan liat ke bawah dan ke belakang. Tapi, malangnya, saat aku berusaha berpijak di bebatuan yang agak besar, batu itu lepas dari tempatnya dan jatuh ke bawah, membuatku sedikit tergelincir dan hampir terjatuh. Aku ketakutan luar biasa. Aku segera beristighfar dan memohon pertolongan Allah. Ya Allah, tolong hambaMu, jangan biarkan hamba sendiri. Aku pun mencoba meraih pijakan yang aman, tapi ternyata batu yang kupegang kembali jatuh. Sesaat aku sudah berpikir sepertinya maut sudah dekat. Ya Allah, jika memang ajalku sebentar lagi, hamba mohon matikan hamba dalam keadaan khusnul khotimah. Hamba mohon ampun atas semua dosa hamba. Aku benar-benar merasa putus asa saat itu. Di belakangku sudah tidak ada pendaki lagi. Semuanya sudah berhasil menuju puncak, sedangkan yang ada di depanku sudah jauh di depan, sulit untuk membantuku. Trust me, saat itu gue tiba-tiba parno dan teringat dengan cerita-cerita tentang mereka yang mengalami kecelakaan di gunung. Yaah, ternyata naik gunung itu ga segampang lu ngomong "Wah mau dong naik gunung" -setelah lu nonton film yang judulnya 5cm"-. Aku pun pasrah dan tetap mencoba mendaki (lebih tepatnya merangkak) menuju puncak Slamet. Aku tidak boleh mengecewakan teman-teman yang lain. Tiba-tiba di kejauhan aku melihat Imam, leader kami. Ia terlihat sedang menuruni puncak. Antara bahagia dan menyesal. Kenapa? Aku akan bahagia kalau ternyata dia datang untuk membantuku. Dan aku akan menyesal kalau ternyata dia datang untuk memberitahuku bahwa yang lain juga akan segera turun.. goooshh,, dan aku pun bahagia, karena ternyata dia datang untuk membantuku naik menuju puncak. Sesaat rasanya pengen nangis deh,,ga nyangka, kaptenku bertanggungjawab juga :D
Imam datang dengan membawa tali kuning untuk menarikku. Entah kenapa rasa gengsiku pun muncul.
“Ga usah, Ichi bisa naik sendiri kok ke atas”
Asli! Nggaya banget! Ujung-ujungnya tali kuning itu dipegang juga. Haha. Tapi sesekali doang. Setelah itu aku pun berhasil sampai ke puncak.
Aaaaak!! This is Slamet’s summit! Oi, gue nyampe puncak oi! Gue udah ketiga kalinya naik gunung, tapi ini adalah pertama kalinya gue berhasil mencapai puncak setelah sebelumnya di gunung Gede gue Cuma bisa sampai setengahnya doang gara-gara kaki gue yang tiba-tiba lemas dan susah digerakin sama di Kamojang karena gue merasa malas.haha…
         Sahabat laskar badak bercula satu yang bisa loncat-loncat (read:Kangguru) -plis, ini nama alay yang punya filosofi istimewa. I’ll tell you in the end of the story- sudah menungguku sejak tadi. Terimakasih, kawan. Daku sungguh terharu dengan kesabaran kalian menunggu kehadiranku di tengah-tengah kalian. Aku terharu dengan keyakinan kalian padaku untuk mencapai puncak dan mengabadikannya melalui camdig-camdig dan DSLR-nya Muaz (lu harus baca bagian ini dengan hiperbola! Penting! Biar lebih lebay :P)
         Then, kami mulai berpose bersama di depan benda yang punya moncong bulat itu (read:kamera). Aku pun tak ketinggalan memakai ikat kepala KAMMI yang sudah kupersiapkan sejak awal juga bendera merah putih seharga 5ribu. Haha. Imagine it, di suatu waktu kamu pernah menjadi orang tertinggi di Jawa Tengah! Bahkan lututmu lebih tinggi dari gunung ini! Maha Besar ALLAH yang telah menundukkan ciptaanNya untuk manusia yang sungguh sangat lemah. Hah, seluruh letih rasanya terbayar saat itu. Menyaksikan awan –oi, awannya ada di bawah gue, meeen-, kabut, kabut dari kawah, dan tentunya my dream team yang “kalian luar biasa” –LASKAR BADAK BERCULA SATU YANG BISA LONCAT-LONCAT-
         Setelah puas berfoto-foto ria mengabadikan momen langka ini, kami pun bersegera turun kembali. O o, ini nih yang aku pikirkan sejak sampai ke puncak. Bagaimana caranya aku turun, sedangkan naiknya saja sungguh sulit. Alhamdulillah, Imam emang cocok dah jadi Imam alias kepala suku. Dialah yang membantuku menuruni puncak gunung Slamet dengan tali kuningnya itu. Saran buat kalian-kalian yang membaca tulisanku ini, Imam bisa kalian percaya jadi leader deh, jadi Imam keluarga juga bisa tuh #eh? Haha.. *promosi-promosi, kali aja pasaran lu bisa meningkat drastis, Mam. Jangan lupa bayar. Haha  Kidding ^.^v
         Perjalanan menuruni puncak memakan waktu yang cukup lama atau lebih tepatnya, akulah yang membuat perjalanan ini menjadi lama. Peristiwa tergelincir dan hampir jatuh saat naik ke puncak membuatku trauma. Dan aku akan selalu menjerit manakala kaki ini terperosok di pasir. Untunglah sobat-sobat dreamteam masih setia untuk menunggu dan bersabar hingga kami sampai ke pos 5 kembali.
          Sekitar jam 4 sore kami pun kembali melanjutkan perjalanan turun ke bawah. We have decided, apapun yang terjadi, pokoknya malam ini juga kami harus sampai ke basecamp. Awalnya aku malah berpikir malam itu juga bisa segera pulang ke rumah Gilang. Berkali-kali aku bilang ke K Ridwan dan Imam kalo tim kami harus segera sampai basecamp dan pulang. Aku tidak betah dengan kondisi rok yang basah, berlumpur dan kotor minta ampun, baju yang basah juga dan badan yang bau ga karuan karena udah 2 hari ga mandi..aaaak.. tapi apa boleh buat, ternyata, sebaik apapun rencana kita, hasilnya serahkan saja sama ketentuan Allah.. hingga jam 12 malam ternyata pos 1 pun belum tersentuh. Aku pun hampir putus asa, apalagi saat perjalanan dari pos 2 menuju pos 1, rasanya begitu panjang, padahal saat naik aku rasa jaraknya tidak sepanjang itu. Mungkin karena sudah keletihan, jadinya berasa panjaaaaaang. Aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh atau sekedar mengatakan bahwa naluri "uka-uka"ku muncul. Singkat kata, kami pun sampai di pos 1 dengan melewati berbagai tekanan terutama tekanan mental dan emosi. Dan tanpa ada komando dari siapapun, aku yang berada di barisan cukup depan, segera masuk ke dalam pos (ada bangunannya) dan duduk lalu tidur, sekedar memejamkan mata. Fiuuuh… (Dan ternyata semuanya tidur di situ)

Shalat subuh berjamaah

Posenya jeuh! Ini di pos 7

We are "Laskar Badak Bercula 1 yang Bisa Loncat-loncat" #uyeah (1)


Hei, Pos 7 was left behind :)



We are "Laskar Badak Bercula 1 yang Bisa Loncat-loncat" #uyeah (2)


Ichi udah kecapean + khawatir ke puncak


We are on the summit, boi!

Yuhuuu,, Ichi nyampe puncak Slamet! #uyeah


We are "Laskar Badak Bercula 1 yang Bisa Loncat-loncat" #uyeah (3)


Masak-masak setelah turun dari puncak

Jengjeng! Yummy!! (apapun makanannya, pasti lahap!)


Perjalanan menuju pos 1

28 Desember 2012
          Huaaa..Dingiiin.. aku tidur hanya 1 jam dengan posisi duduk, tak tahan dengan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang (lebay). Aku pun berdiri lalu meniup-niup telapak tanganku untuk menghangatkannya. Jam berapa ya sekarang? Aku pun mengaktifkan hapeku –yang batrainya juga sebentar lagi menemui kematian- jam setengah lima, udah subuh! Bangunin yang lain dah. Dengan tenaga yang tersisa, aku pun berteriak membangunkan anak-anak yang sedang tidur. Tapi yang menjawab malah pendaki dari kelompok yang lain (aaaaak,,,BT). 15 menit kemudian, satu persatu akhirnya bangun dan melaksanakan shalat subuh. Setelah itu, kami pun keluar dari bangunan dan mulai menggerak-gerakkan tubuh agar terasa lebih hangat. Aku pun melakukan sedikit pemanasan (meskipun ga panas-panas juga :D). Di sela-sela pemanasan, aku pun tersadar dengan pemandangan yang ada di hadapanku. Huaaaa…. SUNRISE, boiiiii.. ada Sindoro-Sumbing pula di sampingnya. Subhanallah, Masya Allah, Allahu Akbar! I’m nothing without you. Ini Gokil, ini Keren abis! Akhirnya bisa liat sunrise, bray! KAMERA, ACTION! JEPRET!

Subuh hari di Pos 1 (Ichi mau bangunin yang lain)

A Beautiful view of "Sindoro-Sumbing Mount"




Srikandi Laskar :D




Ini lah The Dream Team “LASKAR BADAK BERCULA SATU YANG BISA LONCAT-LONCAT”
Chapter Bogor :
1.      Ichi. Nama panggung "Ichigo_wannabefighter". Nama asli "Susi Susanti" :D. SVK46. Hehe. Gapapa ya, gue nyebutin nama gue duluan. Ichi kan artinya satu, jadi nomor satu dulu ya *ngeles*. Ok, what do you want to know about me? I always wearing the pink raincoat, I use skirt to climb this mountain (problem? NO! I’m proud of it. It’s a part of my izzah :)). Want to know more about me? Buka facebook, twitter atau tumblr gue aja. Atau kalo ga, pantengin aja blog gue terus, tar gue juga bakal cerita banyak tentang keseharian gue (PD banget bakal ada yang mau liat. Haha). Golongan darah gue B, it’s enough ^^

2.      Imam Luthfi. PTN45. Our TOP Leader. Katanya wanna be traveler, director, writer, and scientist. Maruk amat sih, Mam? Atau merasa Anda multi-talented? :P ^^v. Oke, dalam ekspedisi kali ini Ia berperan sebagai komandan kami. Orang dengan tanggungjawab paling besar atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan kami. Oke, dia keren karena berhasil membawa gue naik dan turun puncak. Gue utang jasa, makanya gue puji. Haduh, Istighfar ya, Mam, ikhlas nolong orang, bukan buat dipuji :P. Ga banyak ngomong, nurut, tapi tegas. Hati-hati, dia lagi sensi sama skripsi! Watch out! :P



3.      Aris Pracoyo atau Acoy. PTN45. Selanjutnya gue bakal nyebut berdasarkan abjad nama yak. Acoy ini dari Temanggung. Dia bawa rombongan motor (kalo 2 motor itu rombongan ga sih?) jumlahnya ada 4 sama dia. Selama kami singgah di rumah Gilang, dia yang banyak ngurus sana-sini, apalagi pas Gilangnya ga ada. Seperti Imam, Acoy ini berjasa membantu salah satu rekan kami, sebut saja namanya Dedek untuk mendaki dan menuruni puncak. Haha… rambutnya gondrong. Bentar lagi bakal seminar. Semangaaaat!!!

4.      Lathif Al-Anshary. SVK45. Namanya keren. Pake banget. Bisa berubah-ubah jadi Luthfi, Talita, Lathifah atau th13v. haha.. pembawaannya tenang (keliatannya doang sih). Dia satu departemen ama gue, Silvikultur, evergreen-evergreen-evergreen #uyeah. First sight, u’ll think that he’s a cool man. But somehow, when you have known him well, u’ll just -_____-“… tipe pria yang cukup misterius. I guess you must be an AB bloodtype. Isn’t it? Punya headlamp yang terangnya mengalahkan dunia kelammu (apasih). Lagi TA juga setelah lama meninggalkannya. Semangat ya, Tif,,, hayuuk seminar-sidang-skl-wisudaAA!

5.      Leni Mariana. PTN46. Gadis cantik berkacamata yang –keliatannya- paling kalem di antara semua ladies yang ada. Nasibnya hampir sama ama gue. Hampir putus asa mendaki menuju puncak. Tapi dia lebih beruntung, ada aa’ yang ngebantu. Lah gue? Haha.. tapi dia keren, bisa ke puncak padahal kakinya juga sempet terkilir (atau keseleo gitu).

6.      Muaz Abdul Karim. AGH45. Sang fotografer (satu-satunya yang punya DSLR). Muaz juga rekan sependakian di gunung Gede kemarin. Dia golongan darah B (haha, tebakan gue bener). Orangnya easy going (B banget deh). In the last journey, saat menuruni Gunung Slamet, dia jadi leader yang nunjukin jalan. Gue masih inget di pos-pos akhir, Muaz, gue ama Hanif yang paling semangat buat sampai ke pos 1. Sampai-sampai di tengah perjalanan antara pos 2 ke pos 1, yang lain sepakat berhenti buat makan mi, kita bertiga keukeuh pengen lanjut. Haha.. Nice!

7.      Surini. PSP46. Satu-satunya orang yang gak punya temen sedepartemen dalam ekspedisi ini (penting ya? :D). Gue biasanya manggil Mba’ Sur. Ada juga yang manggil Kak Sur, kepeleset jadi Kasur -_-“. Orangnya juga easy going. Wanita super. Kayaknya di antara semua carrier cewek, punya Mba Sur yang paling berat deh. Hal yang paling gue ingat itu pas di pos 1 saat kita turun, gue pelukan erat sama mbak sur cukup lama buat ngehangetin badan. heu.. *ingat cerita hipotermianya K Ridwan

8.      Tia Aprian. PTN46. Gadis mungil yang *keliatan kalem (mohon maaf kalo gue salah sangka :P), berkulit putih, dan sering tersenyum malu-malu. Ia yang menjadi tukang ngitung duit (read : bendahara) dalam ekspedisi ini. Ia terlihat begitu lembut, tapi jangan salah, dia juga strong enough. Gue aja kalah ama dia (kalah apa? Kalah cantik, tapi lebih ganteng gue *okesip).
9.      Widya Yuniven. PTN46. I think she's the choosy one :P. Menurut gue sih, Widya termasuk yang paling ceria di antara yang lain. Kayaknya sejoli ama Tia. Terbukti dari PP di fb yang terlihat selalu bersama Widya. Mungkin karena sekelas kali yaa. Dalam ilmu sosial, biasanya seorang wanita itu memang membutuhkan sosok seorang sahabat yang paling dekat dengannya untuk diajak sharing atau curhat. Terus, kenapa malah ngomongin itu? So, here she is...

Chapter Jogja :
        Arif. Sastra Jepang UGM. Gue ga tau angkatan berapa. Sesuai dengan jurusan yang dia ambil, perawakannya pun mirip dengan orang jepang. Mata yang sipit, that's it. Nama lain K arif dalam perjalanan ini ialah "Ian Keselek", pelintiran nama dari Ian Kasela. Kok bisa? Karena K Arif senantiasa menggunakan kacamata yang mirip dengan yang biasa dipakai oleh Ian Kasela. Nama lainnya lagi ialah "Ustadz", soalnya K Arif ini suka pakai sorban juga, dan yang paling sering menasihati kami terutama masalah ibadah. Dan kayaknya hafalannya cukup banyak. Terbukti kalo shalat Subuh, beliau baca Surat Ar-Rahman sampai hampir selesai dan bikin jamaahnya pada merinding kakinya :P
   
 Hanif. Ahmad Hanif Zuhdy. Lupa jurusan apa di UGM.hehe. Hanif ini anak FIM juga, angkatan 10. Dia termasuk yang paling selow di antara yang lain dan jarang mengeluh. Dia juga udah berpengalaman mendaki gunung. Meski postur tubuhnya cukup besar di antara yang lain, tapi dia cukup gesit dan tangkas. (Bayar gue berapa, Nif? :P)

    Ridwan Kharis Syuhada. Teknik Mesin UGM. Eh, iya ga sih? Bisa dibilang K Ridwan ini yang koordinir peserta dari Jogja (yelah be3 ini). Menurut gue, mungkin K Ridwan adalah orang yang paling bersemangat di antara semuanya. Gimana ga? Sebelum nyampe pos 1 aja udah terkilir tapi berhasil melalui aral rintangan menuju puncak hingga turun kembali. K Ridwan pernah ngomong "Sebenarnya aku ya bukan orang yang kuat-kuat banget, Chi. Tapi ya malu semisalkan ada cewek yang naik bareng terus aku keliatan lemah". Hmm..Super sekali! :D .. K Ridwan termasuk orang yang supel dan mudah membaur dengan siapa saja. Mmm.. atau bolehkah gue bilang cukup SKSD? piiis, k Ridwan ^^v.. Overall, gue senang ngobrol sama K Ridwan. Orangnya terbuka dan cukup ceplas-ceplos. The choosy one too.

Chapter Temanggung
1.      Bang Ghofir
2.      Bang Haidar Azzam
3.      Bang Libon
Oke, buat abang-abang ini, gue gak terlalu tau banyak, soalnya gue baru kenal pas pendakian juga. Dan mereka lebih sering jalan duluan dan nyampe lebih dulu daripada kami. Abang-abang ini lebih sering jalan terpisah daripada kami. Mungkin karena kaminya terlalu lama kali ya, sedangkan energi mereka harus segera disalurkan sesegera mungkin, jadi menunggu kami hanya akan menghabiskan energi mereka. *ngasal* :D .. Tapi di awal perjalanan hingga mencapai pos 4, gue lebih sering jalan sama abang-abang ini loh. Soalnya rumus gue buat ngedaki itu, ga bisa istirahat lama-lama tapi kudu berhenti juga sesekali. Nah untuk irama perjalanan yang seperti itu, abang-abang ini masih bisa buat nunggu. Hmm.. apa lagi ya? Oya, setau gue, Bang Ghofir udah naik gunung yang ke-7 kalinya ditambah dengan pendakian gunung Slamet ini. WOW! Katanya beliau mulai naik gunung sejak tahun 2004. (gue masih SMA kelas 1 kayaknya). Ini dia abang-abangnya





  And yeah,,this is tribute to nice person ever on our journey, Gilang Pradika and his mom. Tanpa beliau, kami ga tau kudu nginep dimana sebelum dan sesudah naik gunung. Gilang ini berjasa banyak dalam perjalanan kali ini. Rumahnya berhasil kami acak-acak. Dia dan Ibunya melayani kami dengan sungguh luar biasa. Gilang ini seharusnya ikut mendaki gunung Slamet juga, tapi apa mau dikata, beliau harus membantu adik-adik kelasnya untuk acara Himpro Proteksi Tanaman (PTN) di Dieng. Well, just wanna say thankyou very much for your help, Lang :D


Yap! Tibalah kita di penghujung tulisan. Setelah ekspedisi yang luar biasa dahsyat itu, kami pun pulang pada tanggal 28 Desember 2013 sore hari. Di perjalanan pulang, gue ngerasa meriang. Panas dingin banget. Udah sempat mikir, "apa gue bakal masuk rumah sakit ya abis ini?" soalnya gejalanya hampir sama kayak gue terserang DB tempo hari. 
Alhamdulillah setelah sampai di terminal Bogor keesokan harinya, kondisi badan gue udah lumayan membaik, tapi sayang, perut gue justru kurang baik. Gue LAPAR. And we decided to eat at KFC. Niat awal pengen hemat, eh, taunya malah tekor. Plis, lain kali gue ga mau lagi makan di KFC. Bukan, bukan karena harganya, tapi sebenarnya gue udah punya prinsip ga mau makan di tempat-tempat seperti itu. Kenapa? Gue pikir ini salah satu "jihad" gue melawan hegemoni zionis Israel maupun kaum kapitalis, yakni dengan ga mengkonsumsi produk-produk mereka. Dari informasi yang gue dapat, KFC, McDonald, Starbuck, AW adalah produk-produk junkfood yang mensupport perekonomian zionis dan kaum kapitalis. Sebagai orang yang tau bagaimana sepak terjang mereka menyengsarakan rakyat Palestina dan kaum-kaum dunia ketiga, gue ga rela kalo gue harus menyumbangkan uang gue buat mereka. Gue ga pengen jadi orang yang suka berteriak-teriak di jalan atas nama rakyat, tapi sendirinya secara ga sadar masih nyumbang buat orang-orang kapitalis lewat konsumsi di tempat yang udah gue sebutin tadi. Gue juga ga mau jadi orang yang suka kritik sana-sini, cuap-cuap sana-sini tentang "wong cilik" tapi sendirinya masih suka belanja di Alfamart dan Indomart yang jelas-jelas adalah musuh utama ekonomi rakyat. Well, maybe some of you will think that I'm a LEBAY person. Yah, itu terserah. Gue bukan orang yang saklek dan idealis banget. Lah kalo kepepet ga ada tempat lain ya gue juga akhirnya ke situ-situ juga. Tapi gue punya prinsip, selagi gue bisa ngelakuin itu, why not?
     Ok. Tapi khusus pagi itu gue ga mau banyak ngeyel dengan prinsip gue. Gue kasian sama teman-teman lain, udah pada kecapean, kelaparan. They need a comfort place to take a rest for a while. So, gue ikutin aja deh kemana langkah mereka tertuju.
Setelah perut terisi, kami pun pulang dengan menyewa angkot hingga sampai ke sekitar lingkar kampus IPB Dramaga. Taaaapi, sebelum itu, tak lupa untuuuuuk... JEPRET!!! ACTION at Tugu Kujang! Cheers ^o^/
Perjalanan pulang menuju rumah Gilang (1)


Perjalanan pulang menuju rumah Gilang (2)

Perjalanan pulang menuju rumah Gilang (3)

@ KFC (muka sumringah liat makanan :P)


Perjalanan pulang kembali ke Bogor (terkulai lemah tak berdaya :D)

Singgah di Tugu Kujang (1)


Singgah di Tugu Kujang (2)

Singgah di Tugu Kujang (3)


On our way home


-    This is not the end of the awesome story, but I think I have to stop to write it now. It’s too much. I’m afraid u’ll be bored. Haha-

Potongan mozaik itu.... *sorry gue ngambil fotonya ngacak, boi.. Mohon maaf kalo ada yang tidak berkenan di hati... Eh, diperkenankan aja yaa :D



























 
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,,," (QS. An-Nahl : 15)




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepintas Gender, Menilik Patriarki

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Seperti Bunga