Light Note : What is Philosophy?

Jumat malam ini, saya mulai mengikuti kelas Filsafat Barat yang diampu oleh Ust. Ismail Alam yang tidak ingin dipanggil Ust., tapi dengan kata "Mas" atau namanya langsung saja kalau seumuran 😂.

Kelas ini beliau inisiasi atas permintaan seorang temannya yang request diajarkan mengenai Filsafat Barat. Mumpung dibuat waktu khusus, sepertinya beliau merasa lebih sekalian saja lebih banyak audiens, lebih baik lagi, siapa tau banyak yang mau belajar juga. Dan, benar saja, memang banyak yang mau ikut. Termasuk saya yang masih sangat minim pengetahuan mengenai filsafat. 

Sebelum pertemuan perdana tadi, Mas Alam mengirimkan link tulisan mengenai apa itu filsafat melalui situs dari Florida University https://philosophy.fsu.edu/undergraduate-study/why-philosophy/What-is-Philosophy agar kami memiliki pemahaman lebih dahulu.

So, here is my notes from our 30 minutes lecture this night. 

- Apa itu Filsafat? Dari situs di atas, sederhananya filsafat adalah love of wisdom. Kata Mas Alam, Filsafat ini selalu mempertanyakan hal-hal mendasar dalam hidup. 

- Ada 3 cabang ilmu filsafat :

1. Ontologi 

Ilmu yang mempelajari tentang apa itu realitas. Bagaimana meraih pengetahuan yang ada sebagaimana biasanya. Pembicaraan yang tertata/tersistematis sebagaimana adanya. 

Contoh : 

- Apakah dunia (realitas) itu ada? Apa penyusunnya?

Intinya adalah tentang upaya memahami realitas secara ilmiah (lebih bertanggung jawab).

2. Epistemologi

Teori mengenai pengetahuan atau ilmu mengenai ilmu. Berbicara mengenai apa saja yang bisa diketahui manusia.

Contoh : "Bagaimana manusia bisa mengetahuinya ? Bagaimana menjustifikasinya?"

3. Aksiologi

Berbicara mengenai etika dan estetika


Dalam Islam, filsafat bisa diterima karena filsafat membuat seorang muslim berpikir secara mendasar dengan akal namun masih tetap dalam bimbingan wahyu. 


Pertemuan berlangsung hanya setengah jam saja, namun sudah cukup membuat saya berpikir cukup keras untuk memahaminya. Diskusi pun berlanjut melalui grup Whatsapp.

Saya bertanya seperti ini :
Mas Alam, ini lite question saja, atau mungkin mengonfirmasi pemahaman saya. Kalau disederhanakan dalam bentuk pertanyaan,
- Metafisika/ontologi, dimulai dengan pertanyaan "APA"
- Epistemologi, dimulai dgn pertanyaan "MENGAPA"
- Aksiologi, dimulai dgn pertanyaan "BAGAIMANA"?

Ini jawaban beliau :
Pertanyaan paling mendasar bagi semua cabang filsafat (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) maupun isu partikularnya (filsafat manusia, filsafat alam, filsafat sosial, dsb.) adalah "Apa" dan "Mengapa", yang mengindikasikan upaya menemukan jawaban hakiki dari sesuatu. Ketika terjawab, kita akan menemukan ke-apa-an (esensi) atau ke-sesuatu-an (substansi) dari hal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan lain adalah turunan dari jawaban atas pertanyaan dua pertanyaan itu.

Pada ontologi, pertanyaannya misal apa itu Ada? Apa yang sedang kita bicarakan ketika kita mengatakan sesuatu ada alih-alih tidak ada? Apa batas terjauh dari yang kita sebut ada? Apa kriteria yang bisa kita rujuk ketika menentukan apa yang ada dan apa yang tidak ada? Mengapa demikian? dsb.

Pada epistemologi, pertanyaannya misal apa itu pengetahuan? Apa yang membuat sesuatu disebut pengetahuan sedangkan yang sebaliknya atau selainnya disebut bukan pengetahuan? Apa itu "mengetahui"? Apa itu ilmu? Apa hubungan pengetahuan dan ilmu? Apa sumber bagi pengetahuan? Jika sumber tersebut lebih dari satu, apa  saja itu dan mengapa demikian? Mengapa sumber yang satu lebih tinggi dibanding yang lain? Mengapa terdapat perbedaan di antara manusia terkait sumber-sumber tersebut? Mengapa pula mereka berbeda di dalam menentukan justifikasi atas pengetahuan? dst.

Pada aksiologi, pertanyaannya misal apa itu kebaikan? Apa itu keburukan? Apakah sesuatu tetap bernilai baik jika semua orang tidak menganggapnya baik? Mengapa demikian? Apakah sesuatu bernilai baik jika semua atau sebagian besar orang menerima kebaikan darinya? Mengapa demikian? Apakah sesuatu bisa bernilai baik sekaligus buruk? Apa itu keindahan dan kejelekan? Apakah keindahan objektif atau subjektif? dst.
Jadi, yang hendak dicari adalah jawaban paling mengakar (radikal) dari pertanyaan2 di atas.
Jika merasa sudah menemukan jawabannya sscara radikal, tugas kita selanjutnya adalah menyampaikan jawaban tersebut secara sistematis dan logis. Logika menjadi alat pikiran untuk menjaga pernyataan kita tetap lurus dan sesuai asas.

Lalu ada yang bertanya lagi
Mas, apakah metafisika itu maksudnya selalu ontologi?

Jawabannya:
Ketika dikaitkan dengan "Ada", ontologi bermakna lebih luas karena cakupannya adalah pembicaraan tentang fisik, metafisik, dan kaitan keduanya. Metafisika berarti "Setelah Fisika", yang berarti ontologi yang khusus membicarakan perkara-perkara yang memerlukan tingkat abstraksi lebih rumit dari yang fisika. Kata "setelah (meta)" pada metafisika bukan dalam urutan waktu, seperti Selasa adalah hari setelah Senin, melainkan dalam kerumitan pembahasannya tersebut.

Pertanyaan selanjutnya :
Bang, ada 2 uneg2 yang msh mengganjal:
1. Apakah Ontos, Episteme, Axios, benar-benar merefleksikan dimensi paling asasi dalam hidup sehingga harus dipikirkan, dikaji, diketahui, bahkan diperdebatkan? Dengan pertanyaan pendamping, 
tidak adakah 'konsep' lain selain 3 itu?
2. Apa yang memampukan manusia sampai pada pertanyaan2 ontologis, epistemologis, dan aksiologis?

Jawaban :
1. Seperti saya jelaskan semalam, ketiga pembagian ini berasal dari Christian Wolff yang hidup di awal zaman modern. Ia tentu saja bisa diperdebatkan, tetapi perdebatan tentangnya tidak terlalu penting karena dasarnya adalah kategori yang cenderung disepakati semua filsuf dan pengkaji filsafat untuk mempermudah pembelajaran filsafat yang sistematis.

Dalam Islam, misalnya, kita akan menemukan karya ulama yang melimpah yang membahas aspek ilmu (perkara "epistemologis") di bab aqidah (perkara "ontologis"), atau kaitan antara ilmu ("epistemologis") dan amal ("aksiologis") serta kaitan aqidah ("ontologis") dan amal ("aksiologis"), karena worldview Islam yang memang tauhidi (menyatu) dan serba-mencakup. Tapi, ketika ingin berbicara lebih sistematis tentang hal ilmu dalam Islam, kita akan memberi porsi lebih pada penjabaran aspek-aspek epistemologis di samping sedikit porsi ontologis dan aksiologis sebagai latar dan konsekuensi keilmuan itu.

2. Yang memampukan manusia untuk sampai pada pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja Allah, karena (meminjam bahasa Syed Naquib) kita berutang diri, budi, dan daya pada-Nya.

Di samping itu, yang membuat sebagian manusia bisa sampai pada persoalan tersebut adalah kemampuan berpikir di atas rata-rata, dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal sehari-hari yang sudah dianggap biasa.


Demikian catatan untuk pertemuan awal. Semoga bermanfaat.


Ilustrasi/Feri Setiaji 
Source


#KelasFilsafatBarat

#Pertemuan1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

North Star Journey #1 : WELCOME

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Sepintas Gender, Menilik Patriarki