Hujan dan Sandal yang Putus

Titik-titik air yang turun dari langit selalu punya arti untuk penduduk bumi.
Begitupun mereka, anak-anak hujan pembawa payung.

Hari ini saya ditugaskan dosen untuk mengamankan barang-barang milik beliau yang ada di expo Agrifuture IPB, tepatnya stand Fakultas Kehutanan. Jadilah seharian ini saya mondar-mandir di sekitaran Gedung-Halaman Pascasarjana IPB-Botani Square. Tapi bukan tentang Expo ini yang ingin saya ceritakan (mudah-mudahan ada kesempatan menuliskan sedikit kesan tentang acara ini di tulisan saya yang berikutnya).

Kali ini saya ingin bercerita tentang anak-anak hujan pembawa payung atau let's say mereka yang sering menawarkan ojek payung ketika hujan tiba. Ya, menjelang sore hingga detik saya membuat tulisan ini, hujan masih betah untuk merengkuh tanah Bogor dan sekitarnya. Dan ini pertanda bahwa anak-anak itu siap untuk menjemput rejeki berbekal sebuah payung.

Setelah selesai membenahi barang-barang dari Fakultas Kehutanan, sekitar pukul 8 malam saya meminta izin kepada staff TU Fahutan untuk pulang. Ketika akan beranjak keluar dari tempat Expo, langkah saya terhenti oleh hujan yang masih cukup deras. Tiba-tiba seorang anak kecil datang menghampiri dan menawarkan ojek payung. Tadinya saya ingin menerobos saja hujaman air yang bertubi-tubi itu, tapi melihat anak ini, muncul rasa iba dalam hati. Akhirnya saya memutuskan untuk memakai jasanya. Mungkin saya bisa untuk tidak menggunakan jasanya (karena saya sebenarnya lebih senang tidak memakai payung) tapi apa salahnya saling berbagi? 

SALING BERBAGI? Yap! Kalian tau, entah, saya lupa sejak kapan (setidaknya saat saya mulai keluar asrama TPB IPB dan sering melihat pengemis yang ada di sekitar kampus) saya meyakini hal ini. Bahwa setiap peristiwa yang terjadi antara dua orang atau lebih adalah peristiwa saling berbagi. Berbagi apapun. ilmu, hikmah, amal. Itu adalah 3 hal yang selalu bisa kita dapatkan jika kita mau merenunginya. Antara ibu dan anak, antara guru dan murid, bahkan antara pengemis dan orang yang dimintanya. Mungkin secara kasat mata kita sering melihat hanya satu orang yang memberi dari 2 orang yang berinteraksi. Tapi taukah kalian, satu orang yang tidak terlihat memberikan itu justru sedang memberikan sesuatu kepada kita. Amal. Ya, ia memberikan peluang kepada kita untuk beramal, menambah pundi-pundi persediaan amal untuk kita bawa ke akhirat kelak. 

Dalam perjalanan, saya banyak bertanya pada anak ini. Namanya Nandar, ia masih kelas 2 SD. Ia bekerja supaya bisa jajan dan membantu ibunya, padahal ia mengaku sering demam karena mengojek payung. BINGO! Ia berhasil membuat saya malu padanya. Saat itu ia berjalan tanpa alas kaki karena ternyata sandalnya putus. Ia lalu memperlihatkan sandalnya yang dibungkus plastik. Ah, saat itu saya merasa kecil di hadapan Nandar. Di ujung jalan kami pun berpisah. Mungkin bagi Nandar ini adalah pertemuan yang biasa saja. Toh, banyak juga orang-orang yang ia temui dan selalu menanyakan hal yang sama. Tapi, tanpa ia sadari ia telah memberikan hikmah dan peluang beramal untuk saya. Terimakasih, Nandar :')


Image source : http://kulihatkurasakudengar.wordpress.com/2011/11/08/sandal-jepit/

*Note baru dipublish setelah hampir 2 minggu nganggur di draft :D



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepintas Gender, Menilik Patriarki

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Seperti Bunga