Memilih

Ah ya, lagi.
Lagi-lagi ini adalah postingan pertama pemecah keheningan di Bulan Mei ini. Selalu saja.
Gimana mau jadi penulis kalau nunggu mood? Kalau nunggu deadline? Kalau cuma sekedar menuhin target biar postingan tiap bulan selalu ada? Gimana mau jadi penulis? Gimana mau jadi supermomagrowriterpreneur? << ini bahasa apa sih? (Terserah saya lah ya :D)

Sekarang lagi ngerjain revisi skripsi sebagai syarat sidang sih. Alhamdulillah, finally tahap seminar sudah dilewati tanggal 16 Mei yang lalu. Tapi, sekarang rada kedistract sama pokopang dan medsos, termasuk kamu, iya, kamu, blog! (untung saya ga ngasi imbuhan go depan nama kamu ya, blog :p)

Tau ga, tadi habis baca novel Ayah Pidi Baiq yang judulnya DILAN. Dan beberapa jam yang lalu saya mendeklarasikan diri bahwa saya jatuh cinta sama Dilan. Aiiish, ayah Pidi Baiq harus tanggung jawab nih, ngarang tokoh khayalan yang membuat saya jadi suka. Mana bisa ketemu Dilan? Cuma bisa berkhayal doang. Eh, tapi Islam ga ngebolehin penganutnya banyak ngayal, ga ada juntrungannya juga. Jadi? Oke, ndak jadi jatuh cinta kalau gitu. Lagian mudah amet sih jatuh cintanya, Chi? Wkwkwk.. (Ya ga lah, tar aja kalau udah ada yg ngehalalin via ijab-qabul ;D)

Setelah membaca novel Dilan, saya bergegas untuk berangkat ke LSI menemui 2 orang hamba Allah untuk saya tanyakan dan mintai tolong. Penasaran? Ikuti terus cerita saya :D

Jadi begini, hampir sebagian mahasiswa yang sudah mendekati masa kelulusan seringkali bingung dengan lifeplan mereka. Saya, jadi bagian dari "hampir sebagian mahasiswa" itu. Tapi, kebingungan saya bukan karena saya belum menetapkan apa yang ingin saya lakukan, apa yang ingin saya capai, apa tujuan akhir dari cita dan cinta saya, bukan, bukan itu. Melainkan karena ada pilihan lain yang membuat saya harus mempertimbangkan lifeplan saya dengan matang-matang. Ini bukan sekedar berbicara materi, tapi ini tentang tujuan hidup.

Saya masih ingin berada di Bogor setelah lulus. Ya, minimal masih di sekitaran Jabodetabek lah. Banyak, banyak sekali yang masih ingin saya lakukan. Saya punya impian pribadi yang melibatkan banyak orang. Saya punya mimpi. Tapi mimpi itu bukan semata untuk saya, tapi untuk orang banyak. Ada berbagai hal yang berkecamuk dalam kepala saya. Sebagaimana para mahasiswa yang pernah mengecap organisasi, yang disuguhi tentang fakta-fakta begitu buruknya kondisi pendidikan negeri ini, begitu terlantarnya orang-orang miskin, anak jalanan, yatim-piatu, begitu menyedihkannya lingkungan hidup di sekitar kita, begitu mirisnya melihat koruptor di negeri ini, maka saya tidak bisa mendiamkan itu semua. Saya merasa berhutang pada negeri tempat saya besar dan dilahirkan. Saya ingin sekali membuat perubahan.

Lantas, bagian mana yang membingungkan? Apalagi yang paling dibingungkan oleh para perantau kalau bukan keluarga? Bagi mereka yang masih tinggal bersama orang tua atau yang setidaknya bisa pulang sebulan hingga seminggu 2 kali mungkin ini bukan masalah. Tapi bagi perantau? Ini jelas jadi pertimbangan utama. Keluarga yang meminta untuk pulang kembali dan menetap di daerah asal. Mamak, saya dilema.
Bagi laki-laki, mungkin masih banyak alasan untuk tetap berada di perantauan. Tapi bagi wanita? Apalagi dengan kondisi keluarga saya yang ... ah, sudahlah, intinya ya begitu...

Nah, kembali ke 2 orang hamba Allah yang saya temui tadi, Alhamdulillah pertemuan dengan mereka cukup menguatkan saya. Setidaknya hingga saya menulis tulisan ini. Pada mereka saya ceritakan sebagian besar cerita mengenai keluarga kecil saya dan kondisi saya. Salah satunya pun membagi ceritanya beserta problematika keluarganya (yang membuat saya sadar lagi bahwa setiap orang punya ujiannya masing-masing).

And Now, I get the point.
Jadi ingat kata-kata seorang kakak kelas, bahwa pada akhirnya, kita harus tetap memilih. Bukan karena kita tidak bisa menjalani keduanya, tapi karena dengan tidak memilih, cepat atau lambat, kita akan kehilangan banyak hal. Jadi, coba saja dijalani dulu...

I'll never make you feel alone, mom :')

Ruang sunyi
1:38 29/05/2014

source image *

*for mom and sister, I love you F.O.R.E.V.E.R

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepintas Gender, Menilik Patriarki

pelajaran dari novel "diorama sepasang AlBnna"

Seperti Bunga